Aktivitas
vulkanik Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, mengalami peningkatan dari
siaga menjadi awas. Mendidihnya dapur magma di kawah Gunung Agung memicu
terjadinya gempa sebanyak 37 kali hingga saat ini.
Gunung
Agung merupakan gunung api tertinggi tipe stratovolcano dengan ketinggian 3.031
mdpl dan memiliki kawah yang sangat besar serta dalam yang kadang-kadang
mengeluarkan uap air dan asap.
Gunung ini
menjadi salah satu kepercayaan
masyarakat Hindu Bali sebagai tempat bersemayamnya dewa-dewa dan terdapat
istana dewata di dalamnya. Oleh karena itu, masyarakat Bali menjadikan Gunung
Agung sebagai tempat kramat yang disucikan. Mitos lain menyebut, warga Bali
menganggap Gunung Agung sebagai pusar bumi.
Narasi
kepercayaan oleh masyarakat sangat kental dengan gunung yang telah tertidur
selama 120 tahun lamanya. Sebagai masyarakat yang hidup bersama alam, gunung
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kebiasaan spiritual sehari-hari
untuk masyarakat Bali.
Selain itu,
kepercayaan masyarakat Hindu Bali juga menyatu dengan pendewaan terhadap alam.
Menurut sumber Kumparan.com, dari hasil wawancaranya dengan Dosen Departemen Filsafat
Universitas Indonesia LG, Saraswati Putri, Gunung Agung merupakan
kesucian dalam konstruksi spiritualitas Bali.
Tidak heran jika gunung
menjadi tempat yang begitu suci untuk masyarakat Bali. Kepercayaan yang begitu kuat membuat prosesi
ibadah di Bali berhubungan dengan makna kedekatan oleh alam. Setiap upacara
yang dilakukan selalu dirangkaikan dengan Gunung Agung sebagai tempat Dewa Siwa
berada.
Gunung Agung
memuntahkan letusannya pertama kali tahun 1963. Letusan dimulai 18 Februari
1963 dan berakhir 27 Januari 1964. Aktivitas Gunung Agung terus meningkat
hingga mencapai puncak letusannya pada 17 Maret 1963. Hujan abu dan awan panas
keluar cukup tinggi saat itu hingga menggumpalkan asap putih.
Saat ini, setelah 54
tahun silam Gunung Agung kembali bergejolak dengan status awas dan banyak
masyarakat yang telah diungsikan menuju tempat aman. Sebagian masyarakat Bali
ada yang melakukan ritual untuk memohon ampun terhadap apa yang telah dilakukan
manusia kepada alam selama ini. Jadi, apakah ini pertanda dari marahnya si stratovolcano??