Tidak semua orang tahu tentang
politeknik. Institusi pendidikan di bawah naungan Dirjen Dikti ini memang tergolong masih cukup
baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pada dasarnya, Politeknik sama dengan
akademi, namun Politeknik lebih heterogen ilmunya.
Satu hal yang tidak lepas dari image Politeknik adalah tentang
kedisiplinannya. Tidak ada istilah “titip absen” yang biasa terjadi di
Universitas karena daya tampung mahasiswa di setiap kelas maksimal 30 orang. Dalam
kehidupan sehari-hari, Politeknik identik dengan kedisiplinan dari mahasiswa
maupun orang-orang yang bekerja di dalamnya. Biasanya, setiap Politeknik memiliki
tradisi yang berhubungan dengan kedisiplinan seperti tradisi kompensasi
termasuk yang ada di Politeknik Negeri Jakarta.
Tradisi Kompensasi di Politeknik Negeri Jakarta
Tradisi kompensasi merupakan bagian dari kebijakan yang telah ada di
Politeknik Negeri Jakarta. Kebijakan kompensasi absensi adalah kebijakan
yang mengharuskan mahasiswa, bila tidak menghadiri perkuliahan karena izin atau
alfa untuk membayar denda ke pihak Sekretariat masing-masing jurusan. Bentuk
denda yang dibayarkan bisa berupa uang atau jasa dalam hal pekerjaan,
tergantung bagaimana kebijakan dari jurusan masing-masing.
Kebijakan kompensasi absensi
dikeluarkan oleh Gedung Direktorat sejak berdirinya Politeknik Negeri Jakarta
tahun 1982 dan diatur dalam Buku Peraturan atau yang akrab disebut dengan Buku
Kuning. Tujuan sebenarnya dari kebijakan kompensasi absensi ini adalah
mendisiplinkan mahasiswa dalam hal kehadiran dan melatih mahasiswa untuk
disiplin. Besaran kompensasinya ditentukan oleh keputusan struktural dari
masing-masing jurusan. Biasanya beragam dari 5 rupiah sampai 150 rupiah untuk
ukuran paling mahal.
Mahasiswa yang mendapat
kompensasi absensi memiliki kewajiban untuk membayar di akhir semester sebelum
pengambilan marksheet berlangsung.. Setelah kewajiban kompensasi absensi
dibayar, mereka akan mendapatkan Surat Bebas Kompen yang menjadi syarat utama
dalam pengambilan marksheet.
Penggunaan Uang Kompensasi
Seiring dengan perkembangan yang
berjalan, kompensasi yang dibayarkan oleh mahasiswa bukan hanya melalui uang
melainkan bisa dengan kerja fisik seperti mengecat gedung, memperbaiki
fasilitas, atau merapikan ruangan. Hal ini dilakukan semata-mata agar mahasiswa
belajar mengenai tanggung jawab yang harus diterima jika tidak disiplin.
Tidak semua jurusan menerapkan
pembayaran kompensasi absensi dengan uang. Ada beberapa jurusan yang
menginginkan mahasiswanya untuk kerja fisik terlebih dahulu, kemudian baru
membayar sisanya dengan uang. Bahkan, ada jurusan yang menerapkan pembayaran
kompensasi absensinya hanya dengan bekerja.
Penggunaan dari uang kompensasi
absensi untuk perbaikan semua fasilitas dan kepentingan mahasiswa yang
berhubungan dengan kegiatannya. Tidak hanya itu, penggunaan uang kompensasi
yang dibayarkan seperti menganut sistem dari mahasiswa untuk mahasiswa. Uang
kompensasi banyak digunakan untuk kegiatan mahasiswa itu sendiri contohnya
pembelian trails untuk laboratorium, pembelian rak buku, barang-barang, software
telecomferce. “Uang kompensasi akan disalurkakan ke mahasiswa sendiri
seperti subsidi silang dari mahasiswa. Gunanya untuk kegiatan mahasiswa TGP,
seperti LDK CC, Gurame, transportasi dosen luar pada saat sidang serta membantu
mahasiswa semester 5 yang kesulitan dalam membayar SPP,” ujar Wiwi Prawinarsti,
Ketua Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan saat ditanya mengenai penggunaan
uang kompensasi absensi.
Banyak hal dari kegiatan
mahasiswa yang digunakan dari uang kompensasi. Penggunaan uang kompensasi tidak
terbatas terhadap hal yang menyangkut kebutuhan mahasiswanya tetapi mencakup
kegiatan pendanaan perlombaan yang sering diadakan. Jika dana yang turun dari
Gedung Direktorat lama maka uang kompensasi yang dibayarkan mahasiswa digunakan
untuk mendanai perlombaan tersebut. Banyak manfaat yang didapatkan untuk
mahasiswa dari penggunaan uang kompensasi tersebut.
Tradisi kompensasi selalu
menjadi kebijakan yang utama dalam mengajarkan mahasiswa untuk disiplin. Adanya
tradisi kompensasi yang diberlakukan di Politeknik Negeri Jakarta membuat
mahasiswa merasakan secara langsung bagaimana cara disiplin dan
pertanggungjawabannya yang akan dilakukan jika tidak disiplin. Jadi, lestarikan
budaya disiplin dengan menerapkan tradisi kompensasi untuk kebaikan bersama
baik untuk mahasiswa maupun orang yang berada dalam lingkup Politeknik.
Ternyata politeknik negeri jakarta itu sangat disiplin ya.. Jadi penasaran pengen masuk politeknik negeri jakarta 😊
BalasHapus